Aku adalah aku. Bukanlah orang lain, melainkan diriku yang penuh dengan masalah. Hari dimana aku memulai seperti biasanya dan orang-orang memulai beraktifitas. Bangun pagi-pagi untuk memberi kabar kepada dunia. Dengan ditemani rasa kantuk yang masih ada dan hawa dingin yang menusuk-nusuk tulang rusukku di pagi hari. Aku bergegas mencari rezeki untuk diriku dan juga keluargaku. Berita cuaca mengatakan hari ini akan hujan di siang hari sedangkan saat pagi ini awan mulai berkumpul dilangit dan munutup cahaya matahari yang menyinari bumi menjadi gelap. Aku dapat jadwal mengajar pada jam 11 pagi. Setelah aku pergi mengantar koran, aku lanjutkan mengajarku di kampus. tepat jam 11 aku masuk dan kami belajar dengan fokus. Aku menerangkan arti dari Kinematika. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan dari suatu benda dan sistem, tanpa mempedulikan gaya yang menyebabkan pergerakan itu. Osilasi dari piston dalam mesin adalah salah satu contoh sistem kinematika sederhana. Para insinyur teknik mesin menggunakan teknik kinematika untuk mendesain dan menganalisis mekanisme. Saat aku mengajar aku mencoba melihat ke arah para mahasiswa, bagaimana reaksi mereka disaat aku mengajar. Tanpa disengaja aku lihat Kiantira duduk di atas dua dari belakang pojok kanan. Dia melambaikan tangan ke arahku dan aku terdiam. Aku hanya tersenyum melihatnya. Aku menerangkan dengan gaya Albert Einstein dan memberikan kata mutiara kepada para mahasiswa saat bel berbunyi, yaitu "Orang yang tidak melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba hal yang baru".
Seusai pelajaran Kian menghampiri aku. "Metode mengajarmu tidak berubah Vil. Selalu seperti biasanya" Kata Kian. "Ya mau gimana lagi Kian. Itu metode mengajarku. Tumben kamu ikut pelajaranku. biasanya nggak pernah." Tanya ku ke Kian. "Iya, Habisnya aku lagi nggak ada kerjaan di pabrik, jadi ya aku mampir kesini, sekalian mau lihat bu Stella" Kian malu-malu. Kian bukanlah mahasiswa di universitas ini. Biasanya Kian kalau ada perlu dia ikut pelajaran saat aku mengajar. Ternyata dia ingin mau bertemu dengan bu Stella. "Apa kamu ingin bertemu dengan bu Stella, Kian?" Tanya ku. "Emm... Nggak usah, mau lihat aja. hehe." tawanya. Kami pergi ke cafetaira untuk makan siang. Kami memesan makanan ringan. Roti isi 2, kentang goreng, dan dua gelas es susu. Perutku sudah mulai lapar. Aku makan terlebih dahulu dari si Kian. Saat aku mulai membuka mulut dan memulai makan roti isi, tiba-tiba dosen Stella mengagetkan aku dari belakang. "Villa... Pelan-pelan makannya" Dengan nada gemes dosen Stella mengagetkanku. "Ah... Bu Stella. Jangan mengagetkan gitu dong bu. Ntar aku makan keselek lagi." Kataku dengan sedikit kecewa. "Haha... iya maaf Vil, maaf. Aku boleh gabung ga?" Tanyanya sambil menoleh ke arahku dan Kian. "Boleh aja, kami juga ga sibuk. Iya kan Kian?" Kataku sambil tanya ke Kian. "Iii.. iya, nggak apa-apa kok. silahkan aja" Jawab Kian sambil melamun ke arah bu Stella. "Ok lah. aku duduk." Kata Stella sambil duduk. Aku liat menu Bu Stella hari ini adalah menu diet. Hanya sayur-sayuran dan buah-buahan. "Bu Stella, apa ibu diet hari ini?" Tanya ku. "Oh... iya. hari ini aku diet. Aku mau buat tubuhku ideal." Kata Stella. "Oh ya, jangan panggil ibu dong Vil, aku merasa sudah tua kalau di panggil ibu.". "Emm... biar sopan sih. Tapi ya kalau maunya bu, eh... Stella ya sudah. oh ya, ini Kian... Ibu sudah kenal?". "Oh, namaku Stella.". "oh ya, namaku Kiantira, panggil saja Kian". Merekapun berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. "Tunggu, kamu yang sering berpergian sama Villa itu kan." selidik Stella. "Ii... iya, aku sering bersama dengan Villa, soalnya teman dekatnya cuma aku." Kata Kian. "Oh... teman dekatnya Villa." Kata Stella. "Iya, dia teman dekat ku dari kecil." Jawabku. Kami berbincang-bincang. Kian akhirnya bisa banyak mengobrol dengan Stella. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya.
Waktu terus berjalan, dosen Stella pamit untuk masuk mengajar. Aku dan Villa pergi ke cafetaria dan mampir ke perpustakaan. Kami mencari buku bacaan yang bisa menginspiriasi diriku. Aku membaca buku karya Khaled Hosseini. Bercerita tentang Amir, Seorang anak laki-laki dari distrik Wazir Akbar Khan dan sahabatnya Hassan. putra seorang pelayan Hazzara di rumahnya. Cerita berkisar seputar kekisruhan situasi pemerintahan di afghanistan dalam invasi uni soviet serta munculnya rezim teroris di afghanistan. Cerita yang sangat menyentuh dan sangat menginspirasi. Aku menoleh pandangan ke arah Kian, dia sedang asik mebaca buku yang di pegangnya. Pada saat ku lihat-lihat tumpukan buku yang ada didepanku. Aku nggak sengaja melihat biodata mahasiswa disini 2 tahun yang lalu. Aku penasaran dan membuka buku itu dan melihat tumpukan foto-foto dari alumni. Tanpa sengaja aku melihat biodata dari Stella. Ternyata dia juga pernah kuliah disini di jurusan Sastra.
Seusai pelajaran Kian menghampiri aku. "Metode mengajarmu tidak berubah Vil. Selalu seperti biasanya" Kata Kian. "Ya mau gimana lagi Kian. Itu metode mengajarku. Tumben kamu ikut pelajaranku. biasanya nggak pernah." Tanya ku ke Kian. "Iya, Habisnya aku lagi nggak ada kerjaan di pabrik, jadi ya aku mampir kesini, sekalian mau lihat bu Stella" Kian malu-malu. Kian bukanlah mahasiswa di universitas ini. Biasanya Kian kalau ada perlu dia ikut pelajaran saat aku mengajar. Ternyata dia ingin mau bertemu dengan bu Stella. "Apa kamu ingin bertemu dengan bu Stella, Kian?" Tanya ku. "Emm... Nggak usah, mau lihat aja. hehe." tawanya. Kami pergi ke cafetaira untuk makan siang. Kami memesan makanan ringan. Roti isi 2, kentang goreng, dan dua gelas es susu. Perutku sudah mulai lapar. Aku makan terlebih dahulu dari si Kian. Saat aku mulai membuka mulut dan memulai makan roti isi, tiba-tiba dosen Stella mengagetkan aku dari belakang. "Villa... Pelan-pelan makannya" Dengan nada gemes dosen Stella mengagetkanku. "Ah... Bu Stella. Jangan mengagetkan gitu dong bu. Ntar aku makan keselek lagi." Kataku dengan sedikit kecewa. "Haha... iya maaf Vil, maaf. Aku boleh gabung ga?" Tanyanya sambil menoleh ke arahku dan Kian. "Boleh aja, kami juga ga sibuk. Iya kan Kian?" Kataku sambil tanya ke Kian. "Iii.. iya, nggak apa-apa kok. silahkan aja" Jawab Kian sambil melamun ke arah bu Stella. "Ok lah. aku duduk." Kata Stella sambil duduk. Aku liat menu Bu Stella hari ini adalah menu diet. Hanya sayur-sayuran dan buah-buahan. "Bu Stella, apa ibu diet hari ini?" Tanya ku. "Oh... iya. hari ini aku diet. Aku mau buat tubuhku ideal." Kata Stella. "Oh ya, jangan panggil ibu dong Vil, aku merasa sudah tua kalau di panggil ibu.". "Emm... biar sopan sih. Tapi ya kalau maunya bu, eh... Stella ya sudah. oh ya, ini Kian... Ibu sudah kenal?". "Oh, namaku Stella.". "oh ya, namaku Kiantira, panggil saja Kian". Merekapun berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. "Tunggu, kamu yang sering berpergian sama Villa itu kan." selidik Stella. "Ii... iya, aku sering bersama dengan Villa, soalnya teman dekatnya cuma aku." Kata Kian. "Oh... teman dekatnya Villa." Kata Stella. "Iya, dia teman dekat ku dari kecil." Jawabku. Kami berbincang-bincang. Kian akhirnya bisa banyak mengobrol dengan Stella. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya.
Waktu terus berjalan, dosen Stella pamit untuk masuk mengajar. Aku dan Villa pergi ke cafetaria dan mampir ke perpustakaan. Kami mencari buku bacaan yang bisa menginspiriasi diriku. Aku membaca buku karya Khaled Hosseini. Bercerita tentang Amir, Seorang anak laki-laki dari distrik Wazir Akbar Khan dan sahabatnya Hassan. putra seorang pelayan Hazzara di rumahnya. Cerita berkisar seputar kekisruhan situasi pemerintahan di afghanistan dalam invasi uni soviet serta munculnya rezim teroris di afghanistan. Cerita yang sangat menyentuh dan sangat menginspirasi. Aku menoleh pandangan ke arah Kian, dia sedang asik mebaca buku yang di pegangnya. Pada saat ku lihat-lihat tumpukan buku yang ada didepanku. Aku nggak sengaja melihat biodata mahasiswa disini 2 tahun yang lalu. Aku penasaran dan membuka buku itu dan melihat tumpukan foto-foto dari alumni. Tanpa sengaja aku melihat biodata dari Stella. Ternyata dia juga pernah kuliah disini di jurusan Sastra.
Aku panggil Kian dan dia menghampiriku. Aku beri dia fotonya, dan dia kaget melihat Stella yang masih muda dan cantik. Kian sangat gembira dan menyimpan foto itu secara diam-diam. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.
Setelah dua jam di perpustakaan, kami pergi ke toko 'Drawing. saat aku ke perpustakaan aku meminjam buku karya Khaled Hosseini dan buku ilmu teknik mesin. Sesampai di toko 'Drawing Kian langsung pergi mencari apa yang di butuhkannya, sedangkan aku menunggu di luar karena yang kubutuhkan sudah ada. Tak lama kemudian Kian keluar dengan tergesa-gesa. Kliingg, "Hos hos... Ayo lari Vil, lari." Kian lelah dan menyuruhku lari. "hah... ada apa Kian?" Tanyaku. "ayo sudah lari.". Kami pun lari dan menjauh dari toko 'Drawing. "Woii,,, Kalian sialan. Merusak daganganku saja" Pemilik toko berhambur keluar. Aku dan Kian lari sekencangnya. "hos hos... Kenapa kita lari Kian. ada apa?" tanyaku sambil berlari di samping Kian. "hos... nanti aja ku jelaskan" Katanya Kian sambil terengah-engah. Setelah rasa kami sudah jauh dari toko 'Drawing, kami berhenti di taman dekat rumah Stella. "Ada apa Kian?" aku mulai bertanya lagi sambil mengambil nafas dalam-dalam. "Tadi aku tidak sengaja menumpahkan tinta di kertas kanvas putih di situ. Pas mau buka, penutupnya macet. Aku paksa dan akhirnya ya seperti itu. Tumpahannya banyak Vil, aku bingung. Kamu tau kan pemilik toko itu galak. Jadi ya aku langsung kabur. hehe... maaf ya" Kian menjelaskan penyebabnya sambil terkekeh. "hah... kamu tuh. Nanti ya kita nggak bisa beli barang disitu lagi Vil." Kataku sambil kecewa. "Tenang aja Vil, ntar aku minta maaf sama pemiliknya. Aku nggak bisa juga kalau mau melukis atau kekurangan nggak beli disitu. Pasti lah, toko mana lagi yang murah meriah selain disitu." Katanya sambil tersenyum. Aku hanya bisa menghela nafas aja. "Ya sudah kalau gitu. Yang menting minta maaf aja nanti" kataku sedikit lega. Tak lama kemudian Stella lewat di depan kami dan melihat kami sedang duduk penuh dengan keringat. "Loh, Kalian kenapa sampai berkeringat dan kalian sedang apa?" Tanyanya kaget melihat kami berkeringat. Aku menjelaskan bahwa aku tadi berolahraga dengan Kian sebentar, yah walau berbohong sedikit. Stella menanyai kami sehabis ini ada kegiatan apa. Kami bilang kami mau melukis di bukit sore nanti. Stella ingin bergabung dengan kita, dia juga ingin mengambil foto di area bukit. Stella bergegas ke rumah dan mengganti pakaian santainya. Setelah Stella berganti pakaian, kami pergi ke bukit hutan. Sebelum sampai ketujuan, Kami mampir kerumah Kian, lalu kami pergi ke rumahku untuk mengambil peralatan melukis. Stella baru pertama kali kerumah Kian dan juga baru pertama kali kerumahku. Dan kamipun pergi ke bukit. Disaat perjalanan Kian disampingku terlihat bahagia, karena Stella yang mungkin gadis impiannya ikut serta dalam kegiatan kami. Udara yang segar, angin yang sepoi-sepoi membuat kami tambah semangat. Aku dan Kian membuka peralatan melukis kita. Sedangkan Stella menyiapkan kameranya. "Vil, aku foto disebelah sana ya?" Kata Stella ke aku. "Iya, yang penting jangan sampai hilang ya" Candaku sambil tersenyum. Stella juga ikut tersenyum. "Iya". Aku dan Kian mencoba melukis. "Vil, enak kamu ya. Dekat sama Stella." Kata Kian menyelidiki. "Iya hanya teman aja Kian, nggak lebih" Jawabku. "Oh". Kami melanjutkan menggambar. Tema ku dengan orang-orang disekitar taman, sedangkan Kian bertema kan Stella yang sedang mengambil foto objeknya. Saat kami melukis, tiba-tiba ada orang yang memanggil kita dari arah samping kita. "Villa, Kian. Kalian sedang melukis apa?" Orang itu bertanya. Kami menoleh bersamaan kearah asal suara itu dan terkaget melihatnya. "Ka... kakaknya Via. Sedang apa disini?" kataku terbata-bata.
"Kami sedang jalan-jalan aja. Kami bosan dirumah." Jawab kakak Via. "Oh... Kami? Berarti Via ikut juga" Kataku selidik. "Iya, itu Via. Viaa... ini ada Villa dan Kian.". "Selamat sore kak Villa dan Kak Kian" Kata Via dengan suara lembutnya. "Se... selamat Sore Via" Jawabku. Ya tuhan, Via tambah cantik dengan gaun dress warna coklat ke merah-merahan. Rambutnya terurai gelombang. Apakah ini jodoh?
"Vil, Itu siapa?" Kata Stella tiba-tiba mendekat ke arah ku.
To be continued...
Setelah dua jam di perpustakaan, kami pergi ke toko 'Drawing. saat aku ke perpustakaan aku meminjam buku karya Khaled Hosseini dan buku ilmu teknik mesin. Sesampai di toko 'Drawing Kian langsung pergi mencari apa yang di butuhkannya, sedangkan aku menunggu di luar karena yang kubutuhkan sudah ada. Tak lama kemudian Kian keluar dengan tergesa-gesa. Kliingg, "Hos hos... Ayo lari Vil, lari." Kian lelah dan menyuruhku lari. "hah... ada apa Kian?" Tanyaku. "ayo sudah lari.". Kami pun lari dan menjauh dari toko 'Drawing. "Woii,,, Kalian sialan. Merusak daganganku saja" Pemilik toko berhambur keluar. Aku dan Kian lari sekencangnya. "hos hos... Kenapa kita lari Kian. ada apa?" tanyaku sambil berlari di samping Kian. "hos... nanti aja ku jelaskan" Katanya Kian sambil terengah-engah. Setelah rasa kami sudah jauh dari toko 'Drawing, kami berhenti di taman dekat rumah Stella. "Ada apa Kian?" aku mulai bertanya lagi sambil mengambil nafas dalam-dalam. "Tadi aku tidak sengaja menumpahkan tinta di kertas kanvas putih di situ. Pas mau buka, penutupnya macet. Aku paksa dan akhirnya ya seperti itu. Tumpahannya banyak Vil, aku bingung. Kamu tau kan pemilik toko itu galak. Jadi ya aku langsung kabur. hehe... maaf ya" Kian menjelaskan penyebabnya sambil terkekeh. "hah... kamu tuh. Nanti ya kita nggak bisa beli barang disitu lagi Vil." Kataku sambil kecewa. "Tenang aja Vil, ntar aku minta maaf sama pemiliknya. Aku nggak bisa juga kalau mau melukis atau kekurangan nggak beli disitu. Pasti lah, toko mana lagi yang murah meriah selain disitu." Katanya sambil tersenyum. Aku hanya bisa menghela nafas aja. "Ya sudah kalau gitu. Yang menting minta maaf aja nanti" kataku sedikit lega. Tak lama kemudian Stella lewat di depan kami dan melihat kami sedang duduk penuh dengan keringat. "Loh, Kalian kenapa sampai berkeringat dan kalian sedang apa?" Tanyanya kaget melihat kami berkeringat. Aku menjelaskan bahwa aku tadi berolahraga dengan Kian sebentar, yah walau berbohong sedikit. Stella menanyai kami sehabis ini ada kegiatan apa. Kami bilang kami mau melukis di bukit sore nanti. Stella ingin bergabung dengan kita, dia juga ingin mengambil foto di area bukit. Stella bergegas ke rumah dan mengganti pakaian santainya. Setelah Stella berganti pakaian, kami pergi ke bukit hutan. Sebelum sampai ketujuan, Kami mampir kerumah Kian, lalu kami pergi ke rumahku untuk mengambil peralatan melukis. Stella baru pertama kali kerumah Kian dan juga baru pertama kali kerumahku. Dan kamipun pergi ke bukit. Disaat perjalanan Kian disampingku terlihat bahagia, karena Stella yang mungkin gadis impiannya ikut serta dalam kegiatan kami. Udara yang segar, angin yang sepoi-sepoi membuat kami tambah semangat. Aku dan Kian membuka peralatan melukis kita. Sedangkan Stella menyiapkan kameranya. "Vil, aku foto disebelah sana ya?" Kata Stella ke aku. "Iya, yang penting jangan sampai hilang ya" Candaku sambil tersenyum. Stella juga ikut tersenyum. "Iya". Aku dan Kian mencoba melukis. "Vil, enak kamu ya. Dekat sama Stella." Kata Kian menyelidiki. "Iya hanya teman aja Kian, nggak lebih" Jawabku. "Oh". Kami melanjutkan menggambar. Tema ku dengan orang-orang disekitar taman, sedangkan Kian bertema kan Stella yang sedang mengambil foto objeknya. Saat kami melukis, tiba-tiba ada orang yang memanggil kita dari arah samping kita. "Villa, Kian. Kalian sedang melukis apa?" Orang itu bertanya. Kami menoleh bersamaan kearah asal suara itu dan terkaget melihatnya. "Ka... kakaknya Via. Sedang apa disini?" kataku terbata-bata.
"Kami sedang jalan-jalan aja. Kami bosan dirumah." Jawab kakak Via. "Oh... Kami? Berarti Via ikut juga" Kataku selidik. "Iya, itu Via. Viaa... ini ada Villa dan Kian.". "Selamat sore kak Villa dan Kak Kian" Kata Via dengan suara lembutnya. "Se... selamat Sore Via" Jawabku. Ya tuhan, Via tambah cantik dengan gaun dress warna coklat ke merah-merahan. Rambutnya terurai gelombang. Apakah ini jodoh?
"Vil, Itu siapa?" Kata Stella tiba-tiba mendekat ke arah ku.
To be continued...















